Sunday, September 25, 2011

Liburan Part 5: Kamboja, Wisata Temple, Wisata Kuliner dan Wisata Banjir


Menikmati banjir di kota Siem Reap

Sungai Mekong yang meluap, gue? Tetep begaye....

Sebelumnya: Part 4, Part III, Part II, Part I

Apa yang istimewa dari kamboja selain temple-nya? Hmmmmm.. saya masih mikir tentang yang satu ini. Dijambak pengemis sampe celana melorot, udah. Hampir nabrak perempuan tua yang bawa sepeda di jalan raya, udah. Keciprat sana-sini akibat banjir, apalagi. Sampe disangka tukang ojek gegara bonceng temen bule, juga iya. Kemana saya melangkah sepertinya the nasib selalu mengintai. Tapi tidak apa, this is great experience!

Sabtu, 24 September, saya balik ke kota Siem Reap. Setelah luntang lantung gak jelas di kota Battambang selama seminggu lebih. Mengunjungi teman bule yang mengajar bahasa inggris di Battambang University. Tapi lumayanlah, gak luntang lantung amat. Sempat mengunjungi temple, the killing cave, pasar tradisional (jambak-jambakan sama dagang), dan juga mencoba beberapa kuliner lokal. Menjelajahi kota dengan motor jadul (ala Honda Legenda ato Astrea, ngetop di sini!). Sudah seperti seorang ojek yang siap mencari langganan.


Hampir seminggu lebih meninggalkan kota Siem Reap, kini saya balik, masih juga disambut dengan banjir di sebagian ruas jalan. Memang kota ini dilintasi sungai besar yang selalu meluap ketika musim hujan turun. Apalagi tiga hari terakhir hujan tiada hentinya mengguyur kota Siem Reap. Hampir di seluruh wilayah Kamboja malah. Namun untungnya kali ini saya tinggal di guesthouse yang tanpa harus menikmati banjir kalo mau keluar mencari makan. Gak kayak di guesthouse waktu pertama kali nyampe di sini. Masak ngasi saya welcome drink air banjir! Mentang-mentang lagi banyak dan tinggal sendok di pintu gerbangnya, juga mentang-mentang kulit saya rada butek sama kayak air banjir.

Dari Battambang saya berangkat pukul 9.30 pagi, menumpang bus selama empat jam, hingga nyampe di guesthouse sekitar pukul 2.00 siang. Itupun harus turun di terminal yang digenangi banjir. Untung ya, memang aksen bicara saya gak kayak Cinca Laura, jadi saya dapat ojek (tuk tuk gak bisa menjangkau saya saking airnya menggenang sepaha). Lumayanlah $1 saja untuk sampai ke guesthouse. Setelah sampai di guesthouse, saya rapih-rapih, then keluar untuk laundry beberapa pakaian kotor, dan menyewa sepeda. Harga sewa sepeda $1/hari. Sepedanya imut. Kayak sepeda nyokap saya waktu SD dulu gitu. Ada keranjang di depannya. Sumpah saya berasa elegan, manis, ngegemesin!! Pantes deh buat dijorokin ke sungai yang lagi meluap.

Setelah mendapat sepeda, akhirnya saya memutuskan untuk jalan-jalan mengitari kota, central park, dan central market. Kota ini memang hips banget. Sama seperti Kuta kalau di Bali. Karena di sini pusat turis di Kamboja. Banyak bule berkeliaran. Pun banyak hotel dan guesthouse bertebaran di setiap pinggiran ruas jalan. Turis datang ke sini dengan tujuan utama mengunjungi Angkor Wat yang super terkenal itu. Maklum Cuma 8 Km saja dari kota. Selain itu kebanyakan bule di sini mereka mengajar bahasa inggris dan juga ada yang sebagai Volunteer.

Malam harinya setelah beristirahat sehabis beresepeda ria, alias gowes akhirnya si perut buncit menggemaskan ini keroncongan. Memang jadul! Gak mau R&B-an aja kek, Hip-Hop-an kek. Perut saya kalo dah laper emang suaranya itu ngalahin Waljinah! Okeh, akhirnya saya cuma menuju depot makan yang berada di seberang jalan dekat guesthouse. Gak tau kenapa saking lapernya saya maen nyosor aja tanpa noleh ini stand makanan apa. Karena saya lihat rame banget yang makan. Udah duduk, saya nanya ada daftar menu nggak. Ternyata gak ada. Mereka cuma menjual dua jenis makanan, duck roast (bebek panggang) sama beef BBQ (sapi panggang). Saya bingung donk, noleh lagi ke stand yang saya lewati tadi. Oh ternyata, saya baru  nyadar. Ya gak apalah akhirnya saya putuskan memesan keduanya. Maruk banget kan? Ternyata setelah makanannya datang, hmmm saya gak menyesal! Bebek panggangnya, yum! Dengan bumbu cocol berbahan asam, irisan bawang dan cabe, nyantol di lidah. Terus sapi panggangnya, disajikan sudah diiris kecil dengan saus yang aromanya udah bikin ngiler. Seperti jejeruk kalau di Bali. Dan saus itu ditambahkan irisan sereh, cabe rawit dan taburan kacang tanah goreng yang sudah di haluskan. Maknyuz kalo Om Bondan Prakoso bilang (eh itu penyanyi bukan?). Makanan itu disajikan dengan bereneka sayur segar seperti wortel, mentimun dan gak tau pisang muda apa itu (sudah diiris tipis), juga kembang kol, serta beraneka dedaunan yang saya juga gak tau entah daun apaan, yang bikin saya berasa kayak kambing! But this food is so delicious! Worth it! Korek-korek dompet, total 22.000 Riel. Sekitar $6.

Seminggu lebih di kamboja saya udah nyoba beberapa makanan lokal. Ada beberapa yang saya gak suka di lidah. Misalnya saja, chicken with ginger root. Gila ini masakan saya coba beli di sebuah pasar tradisional di Battambang, udah asin, terus rasanya jahe doank! Mana ayamnya! Udah ayamnya tulang doank lagi! Mana isinya?! Mungkin karena saya belinya di pasar tradisional kali ya! Kalo menurut saya sih mending makan di small café atau restaurant. Gak terlalu mahal. Dengan rasa yang terjamin. Beberapa masakan lokal yang udah saya coba di beberapa café dan restaurant dan saya suka yaitu beef with lemongrass, amok fish/chicken, fried yellow khmer noodle, luk lak beef dan nasi gorengnya juga enak dengan berbagai isian dan bumbu yang variatif. Oh iya, harga beer dan aneka cocktail di sini juga murah lho…

Di hari minggu ini, hari kedua sudah di Siem Reap. Saya memutuskan untuk mengunjungi pasar tua yang berada dekat sungai. Dengan ditemani si sepeda imut, menerobos jalan raya yang digenangi banjir setinggi paha. Sialan! Tumben saya bersepeda di jalanan yang digenangi banjir. Langsung turun berat badan. Keringet mengucur diseluruh tubuh. Berat banget dikayuh L. Apalagi setiap ada mobil lewat, air seperti membentuk ombak dan membuat kestabilan dan kepiwaian bersepeda saya diuji. Tapi saya bukanlah orang yang gampang frustasi dan stress. Saya turun, sepeda saya taruh di pundak. Eaaa..! Dalam keadaan apapun saya tetap tersenyum and cheers…! Jeprat jepret, momen-momen indah dan mengharukan ini pun sempet saya abadikan. Inget jangan pernah menyerah walaupun dalam situasi genting seperti ini. Eksis! Itu harus tetap dijaga. Yuk mari!

Situasi pasar pun becek, digenangi banyak air. Jelas saja, karena lokasi pasar yang hanya berjarak sepuluh meter dari aliran sungai. Saya menyempatkan diri melihat-lihat beberapa pakaian dan pernak-pernik untuk oleh-oleh. Unik-unik memang. Akhirnya saya putuskan untuk membeli yang murah-murah sajalah yang penting unik dan dapet banyak. Siapa juga mau beliin oleh-oleh yang mahal. Mending beli yang mahal buat saya sendiri (bukan bermaksud memancing emosi ya temanku yang menunggu oleh-oleh, tapi budget ngepas!). Akhirnya saya beli lima belas Keramas (seperti selendang), gantungan kunci dengan lambang Angkor Wat dan scarf dengan motif khas Kamboja (buat nyokap nih, inget surga itu ada ditelapak kaki ibu! Jadi yang spesial harus buat beliau. Saya gak mau dikutuk jadi kebo!). Kalo beli baju atau celana, mau beli yang kayak gimana…? Bingung. Yang jelas untuk urusan fashion enggaklah belanja di sini. Mending nanti pas di Bangkok atau di Singapore aja yaa...sabar!

Setelah puas berbelanja, waktunya lanjut foto-foto di sekitar sungai. Foto ala terjun bebas. Ala kelelep butuh bantuan tapi gak ada yang bantu. Ala berenang gaya batu. Hingga sampe jam makan siang tiba dan menikmati makan siang di sebuah Mexican cafe.

-----------------------********--------------------------
Sekitar hampir dua minggu saya melepaskan diri sejenak dari gemerlapnya kehidupan di Bali. Kini saya merasakan bagaimana rasanya menjalani hidup yang sebenarnya (sok…songong, mulai kambuh neh). Bagaimanapun juga saya selalu membanding-bandingkan Bali dengan Kamboja. Tapi, setiap ditanya orang, “jadi gimana? Hal apa yang paling lo rasa berbeda di Kamboja?” saya cuma bisa garuk-garuk kepala. Mencoba berpikir. Mengalihkan perhatian. Sambil berlagak normal saya tersenyum. Ternyata kutu dan ketombe semenjak liburan di sini mulai tidak bisa saya kendalikan. Pada intinya belum tahu apa ya…

Bersambung ke Part 6



Follow My:

No comments:

Post a Comment

would be glad to receive any comment