Monday, September 19, 2011

Liburan Part III: Siem Reap to Battambang

DaTambang Statue
Banjer maaak banjeeeer!
Sebelumnya: Click Here

Hari pertama di Siem Reap. Setelah semalam hanya berdiam di lounge guesthouse sambil menikmati percakapan dengan sesama pelancong dari negara lain. Namun, entah kenapa pagi ini saya terbangun di kamar yang salah ^_^’>. Melihat di sebelah saya ada yang menyambut dengan senyuman yang hangat di pagi hari. Damn! Ternyata ini bukan kamar saya. But, whatever happened, it’s a perfect adventureJ. Rasanya hari ini gak pengen ke mana-mana dulu. Tapi berhubung tiket bus sudah dipesan, jadi terpaksa pukul enam pagi saya harus bangun dan bersiap-siap menunggu jemputan menuju terminal. Sebenarnya buat para independent traveler or backpacker, kalau mau berkeliling kota bisa menyewa sepeda saja. Cukup murah $1 per hari. Tapi jangan sampai ke sasar ya, dan harus rajin-rajin bertanya (sok ngajarin kan saya). Ya satu lagi, di sini haluan untuk kita berkendaraan adalah di sebelah kanan, bukan di sebelah kiri seperti di Indonesia. Jadi jangan nabrak sana-sini.


Hari ini saya mengunjungi Battambang city. Salah satu kota besar di Kamboja, sekitar empat jam waktu tempuh dengan menumpang bus dari terminal Siem Reap. Tiket seharga US $10. Semalam di Siem Reap tentunya belum cukup buat saya. Tapi berhubung saya harus mengunjungi beberapa teman yang tinggal di Battambang dulu, tempat di mana mereka mengajar bahasa inggris di salah satu universitas terkemuka di kota tersebut yaitu Battambang University. Rencana tinggal seminggu. Setelah itu balik lagi ke Siem Reap.

Bangun di pagi buta bikin mata saya merem melek menunggu jemputan di lobby. Setelah pembayaran kamar selesai, di mana si penjaga lobby pun melayani dengan wajahnya yang masih terlihat kusut. Pengen pesan makan pagi, takutnya gak cukup waktu, entar lagi jemputan datang (ngeles! Padahal mau hemat!). Jadi terpaksa melongo saja lah. Di luar, air masih menggenang setinggi lutut pula. Hingga akhirnya terdengar suara mobil bergemuruh memasuki area penginapan. Jemputan datang. Geez! Ini mah mobil angkot Ubung-Sanglah. Dahi saya mengkerut, yang dibawah pun ikut mengkerut. Dengkul saya maksudnya!

Sopir datang menghampiri dan saya pun menunjukkan tiket bus. Ini orang gak bisa bahasa inggris, ditanya apa jawabnya, “YES”. Di dalam mobil terlihat ada dua orang. Suami istri. Orang lokal alias Khmer. Saya masuk, jadi tiga penumpang sekarang. Pertama saya mikir keras kalau ini mobil khusus jemput saya buat dibawa ke terminal bus (gaya, berasa VIP aja!). Etapi ternyata kita masih muter-muter lagi mengitari kota Siem Reap yang sangat sejuk dan asri digenangi banjir. Mobil berhenti. Sopir keluar ke penginapan lain dan membawa 3 orang baru masuk ke dalam mobil, dua pelancong asal Jepang dan satu pelancong asal Korea. Jadilah kita berenam di dalam mobil yang super imut ini. Panas!

Saya kira petualangan mobil imut ini akan berakhir ke terminal dengan segera. Eh tranyata tidak. Setelah mengitari kota, kita berhenti di depan sebuah kantor tour agent. Di sini masuk lagi dua orang ibu dan anak. Si anak membawa karung. Entah apa yang dibawa dan duduk di sebelah saya. Bauk! Tapi apa dikata, inilah sensasinya berwisata di sini. Masih menunggu lagi. Hampir bosan. Sambil menengok ke arah luar, sambil jeprat jepret mengabadikan pemandangan banjir. Akhirnya masuk lagi dua orang bule. Tring tring! Langsung hilang bosan saya. Dari percakapan mereka saya tahu mereka dari UK. Mobil pun lanjut melaju lagi menerobos jalanan yang digenangi banjir.

Panas! Ini mobil sebenarnya sudah overload. Berharap, sudahi sajalah pak sopir, langsung bawa kita ke terminal please! Di sela-sela menikmati panasnya suasana di dalam mobil sembari menulis beberapa kalimat di notebook. Tiba-tiba terdengar suara berisik dari dalam karung lelaki Khmer yang duduk di sebelah saya ini. Ketika pertama kali pria ini masuk menginjakkan kaki ke dalam mobil, saya pikir itu karung isinya ayam atau kelinci, atau tai ayam sama tai kelinci. Whateverlah! Etapi ternyata ada radionya. Beh! Gaol gelaa! Terdengarlah lantunan musik Westlife. “I lay my love on you, it’s all I wanna do….” Perfect trip! Duh romantisnya ini lagu. Bikin mobil yang panas jadi adem. Menikmati pemandangan banjir dari balik jendela sambil ditemani alunan lagunya Westlife. Coba pria Khmer ini gak lusuh dan lebih putih dan blonde, mungkin tangannya sudah saya pegang dan dia saya cipok! Eaaa..! Salah satu bule yang duduk di sebelah kita langsung merespon hal norak ini, “Wow, do you like westlife..?” Namun pria Khmer di sebelah saya ini hanya membalasnya dengan nyengir ala keledai. Gak tahu dia ngerti apa kagak.

Ternyata benar, petualangan si mobil imut menggelikan ini belum berakhir. Di dekat pasar tradisional sopir berhenti lagi dan menaikkan dua ibu-ibu, yang satunya malah menggendong bayi, hadeeeh…! Saya cuma bisa manyun. Menatap ke arah luar sambil kipas-kipas saking panasnya. Radio ajaib di dalam karung yang tadinya memutar Westlife kini berubah menjadi lagu-lagu daerah dengan bahasa Khmer yang sama sekali di luar indra ke enam saya untuk menterjemahkannya. Emosi saya pun berfluktuasi. Halah!

Beberapa menit kemudian kita sampai di terminal. For what so ever yaa..! Ini terminal gak ada bedanya sama terminal Ubung. Banget. Maklum saya di sana jadi tukang parkir setahun! Jadi saya tahu (alhamdulilah ya, sesuatu..). Turun dari mobil pick up ini saya langsung celingukan mencari bus mana yang harus saya tumpangi. Rata-rata mereka yang tadinya barengan sama saya, langsung menaiki VIP bus. Gede. Bagus. Kelihatannya pasti nyaman banget. Sedangkan saya masih belum pasti nih. Jadi saya bertanya, apa bus ini juga yang harus saya tumpangi. Eh ternyata enggak. Seorang petugas mengarahkan saya ke sebuah bus nan jauh di sana. Kucel. Lebih kecil. Saya pasrah. The nasib!

Sebelum berangkat saya menyempatkan diri untuk membeli sesuatu demi mengganjal perut. Dapet roti isi abon, seharga $1. Lumayan. Seperti breadtalk rasanya. Beberapa cemilan lain yang saya lihat adalah gorengan laba-laba, itik dan burung puyuh yang cungkring di goreng kering, udang rebon, katak goreng. Tapi berhubung lagi diet ketat, semua jenis makanan tadi saya abaikan saja. Gila aja loh! Hemat sih hemat. Tapi saya gak makan laba-laba goreng juga kale! Memang sih katanya dulu pada masa rezim Khmer merah, di mana rakyat sangat miskin sehingga mereka memakan makanan yang aneh-aneh, dan hingga kini makanan tersebut masih digemari sebagian warga Kamboja sebagai cemilan. Eewww!

Perjalanan selama empat jam bakal terasa lama. Jadi saya putuskan untuk tidur sajalah selama perjalanan. Masih ngantuk pula!

Bersambung ke Part 4



Follow My:

No comments:

Post a Comment

would be glad to receive any comment