Me, in action on the breathtaking view |
Untuk pertama kalinya saya outing bersama rekan-rekan kerja, dan
kali ini sangat berkesan sekali. Ya, kita mengunjungi sebuah villa yang
berlokasi di Kintamani, tepatnya di desa Toya Bungkah, Penlokan. The Ayu Villa Kintamani, nama yang
sangat manis juga lokasinya yang begitu dekat dengan Danau Batur, bisa langsung
nyebur malah.
Tujuan utama kesini adalah
untuk site inspection dan perkenalan
diri bahwa kita akan mulai me-manage
villa ini, dan resort-nya yang
bernama Toya Devasya. Jadi kita
perkenalan, camping dan mencoba
fasilitas serta aktivitas yang tersedia di The Ayu Villa. Saya yang penyuka adventure diberi kesempatan seperti ini
ya super duper excited!
Berangkat dari kantor sampai
ke Kintamani bercanda gurau di dalam mobil, so
happy! Sampai di lokasi tujuan kita langsung disambut dan diantar menuju camp di sebuah tanah lapang yang
disediakan oleh pihak resort Toya Devasya. Wah tendanya keren, ada matrasnya. Saya satu
tenda bersama dengan dua teman yang paling sering heboh di kantor. Setelah
beres-beres kemudian mandi, dan perkenalan serta dinner bersama para staff The Ayu Villa. Malam itu acara hanya itu
saja. Kemudian kita balik ke tenda dan menikmati api unggun sembari becengkrama
ria. Mengingat keesokan harinya harus bangun jam 3 pagi untuk mendaki Gunung
Batur, maka kita bertiga memutuskan untuk tidur lebih awal.
Saya terbangun karena alarm
teman yang berbunyi tepat jam 3 pagi, namun dia berkata kalo jam berangkat hiking diundur menjadi jam 3.30 pagi,
jadi saya berusaha untuk memejamkan mata lagi. Tapi sayangnya terdengar suara
orang ngorok yang sangat kencang dari tenda sebelah. Kencang tapi bernada.
Sialan pasti si bapak yang satu itu! Semua pada ngedumel dan akhirnya kita
memutuskan untuk bangun saja dan mencuci muka. Gak mandi lho, gilak aja
dingin beudh kakak…
Kita yang ikut hiking ada enam orang, termasuk saya, empat rekan kantor, dan si bapak GM. Bapak-bapak manajer lain tidak
ikut, karena mereka memilih untuk mencoba aktivitas yang santai yaitu
memancing. Nah, jadilah kita bersama bule-bule lain yang siap untuk mendaki gunung lewati lembah. Kedua
teman cewek saya, yang selalu heboh bersama, gak di kantor maupun di luar kantor,
saat memulai pendakian begitu semangat. Kita bernyanyi bersama, ketawa
cekikikan. Itu baru sekitar 15 menit berjalan meninggalkan Villa. Kebayang kita
masih harus dua jam hingga bisa mencapai puncak Batur, dengan jalan kian
menanjak. Si Nana, nih, temen gokil saya, udah mulai ngos-ngosan dan mukanya pucat, yah maklumlah dia sendiri
mengakui tidak pernah working out,
sekarang tiba-tiba langsung diajak mendaki gunung. Setiap dua langkah dia minta
berhenti dan menyerah. Saya dalam hati, waduh susah ini kalo kayak gini, saya bisa
ketinggalan momen to see the
amazing sunrise! Saya berusaha menyemangatinya bersama bapak GM yang mulai
berkata-kata bagai seorang Mario Teguh, dan Nana sebagai penonton yang mulai
kehilangan arah dan keyakinan. Beberapa kali dia mau berhenti dan minta
ditinggal saja. Yakin? Gak mungkinlah dia kan takut gelap, secara kiri kanan hutan, gelap, dan kita cuma membawa lampu senter untuk melihat siluet jalan di depan.
Akhirnya dengan rela dia melepas saya untuk mendaki duluan, oooh.. saya senang donk, karena tidak perlu merasa bersalah, dan bisa melimpahkan tugas mengemban si Nana ke bapak
GM. Hahahaa…. *senyum licik*. Akhirnya saya meluncur dengan semangat bersama
para bule dan guide-nya.
Sekarang ceritanya saya kembali bersama rombongan rekan yang lain. Nah,
di sini drama mulai lagi nih. Saya harus menuntun dua orang cewek lagi, Lucy dan
Lisma. Perjalanan sudah sejam lebih dan rute pendakian makin curam dan terjal,
apalagi banyak kerikil-kerikil pasir gitu, jadi makin susah. Sebenarnya Lucy
sih gak masalah ya, dia itu perempuan jago, biasa orang Batak bang! Si Jenk
Lisma nih, waduh, pegang tangan udah, manggil sana manggil sini. Beugh, dalam hati saya ngedumel lagi, ‘buset dah ntar lagi
udah mau sunrise nih, cakrawala udah mulai terlihat jingga, sedangkan saya masih
stuck bersama kedua cewek ini,’ *sambil mata zoom in zoom out ala sinetron putri yang ditukar*. Akhirnya saya putuskan saja untuk mempercepat langkah bersama sekelompok bule-bule asal
Jerman, lumayan soalnya ada yang lucuk! *eaaa teteup*
Sedikit merasa bersalah juga
sebenarnya, karena telah meninggalkan dua perempuan itu tanpa pria yang
menemani mereka. Sampai ke atas sedikit, saya malah ketemu seorang teman pria,
Besral, orang Batak juga, yang jongkok dan muntah-muntah. Buset dah. Saya makin
mempercepat langkah dan merasa ada apa dengan mereka ini, come on guys! *gaya*
Akhirnya saya mencapai puncak
Gunung Batur paling pertama diantara mereka. Bersama sekelompk bule-bule di
sekeliling saya. Seorang guide
langsung menyapa, ‘teman-temannya yang
lain mana?’ dan saya jawab ‘waduh
masih jauh di bawah’ *sambil nyengir*. Si bapak guide minta maaf karena telah meninggalkan saya dan teman-teman yang
lain, demi tuntutan dua bule Rusia yang jalannya super cepat. Yah, bukan salah
dia juga sih, kitanya yang lelet kayak siput. Hahaha! Saya sudah tahu bakal
begini, karena orang lokal kan jarang yang suka kegiatan adventure macam ini, paling nge-mall *nyinyir*
The breathtaking view on top of Mount Batur |
The breathtaking view on top of Mount Batur |
Pemandangan yang menakjubkan |
Pemandangan lembah Gunung Batur |
Di puncak Gunung Batur ini benar-benar
indah. Meskipun sangat dingin, dan saya lupa memakai kaos tangan, tapi jari-jari saya yang berasa kaku ini tetap asik jeprat-jepret pemandangan di sekitar yang superb! Sambil mengobrol dengan beberapa
bule yang semuanya dari Eropa. Yup, tipikal, orang Eropa yang sangat menyukai
aktivitas dan tempat seperti ini. Saya yang seorang diri sebagai warga lokal
jadi merasa bangga. Ketiga teman yang tadi saya tinggal, Lisma, Lucy dan Besral
akhirnya sampai juga di puncak. Lisma langsung ngomel-ngomel ke saya, katanya
tadi dia jatuh terpeleset dan menangis. Mau komplin nih karena mereka hanya
berdua gak ada seorang lelaki yang menemani, sampai-sampai Besral disuruh turun
kembali, hahaha! Mereka bertiga langsung menjadi pusat perhatian beberapa bule,
bukan karena wajah mereka yang ganteng atau cantik ya, biasa aja mereka
tampangnya, yang menjadi perhatian adalah karena mereka memakai sandal jepit
dan kaos kaki aja! Sampai difoto sama bule, dan mereka ngeles ‘This is Japanese style’ eaaaaaaaa…. Lo
kate Geisha manjat gunung! Lo berasa Ninja Hatori! *di jorokin ke jurang*
Ini nih Japanese Style manjat gunung |
Kita berfoto-foto ria, terus
menikmati telor rebus yang dimasak dengan cara dikubur di dalam pasir panas, sepertinya
sisa letusan yang masih aktif. Hampir sejam sudah kita di puncak gunung,
akhirnyaaaaa…Si Nana dan Bapak GM datang! Berasa Tom Sam Chong dan Kera Sakti
yang akhirnya mencapai tujuan perjalanannya *di kepret* dan kita semua menyambutnya dengan haru. Meskipun bertambah lagi orang yang bisa di-bully oleh
para bule, yup, Si Nana juga make sandal jepit dan berkaos kaki, hahaha! Saya dan teman-teman lain sempat berpikir kalau mereka sudah balik ke villa atau berhenti di tengah hutan karena tidak sanggup untuk melanjutkan pendakian sampai ke puncak. Eh ternyata bisa! Salute
to my spoil girl Nana! You made it! :)
Nana and Pak GM, akhirnya nyampe puncak! |
Happy,
semua telah berkumpul menikmati pemandangan yang super indah ini. Guide menawarkan apa kita mau ikut roundtrip (balik ke resort dengan
melalui jalan lain) semua kompak geleng-geleng. Padahal saya mau banget. Tapi tidak enak hati kalau sendirian tanpa mereka, karena tadi sudah merasa cukup bersalah sudah saya tinggal begitu saja. Mereka itu tidak rela tanpa ada saya yang lucu nan
menggemaskan ini, dan selalu membuat mereka tertawa *Now I feel like I'm a clown* Jadi kita memilih jalan yang tadi
untuk balik ke villa. Semua pada gak percaya kalau jalan yang kita lewati gelap-gelapan
tadinya. Jalannya jelek banget ternyata. Unvelievebale! Sampai akhirnya kita
balik ke persimpangan pertama, dan melihat bule yang tadi masih kita tinggal di
puncak datang dari arah roundtrip bersamaan dengan kita. Semua bengong dan
berkata ‘yaaah..tau gitu kita ikut
roundtrip aja kali yak! Tuh mereka malah barengan sama kita,’ dan ada yang
nyeletuk ‘yasudahlah kan jalan tadi kita
gak tau pemandangannya, kan tadi pas naik gelap,’ benar juga sih :D
Mendaki dan tetap eksis |
we made it! |
Ini si mas bulenya lho yang mau numpang foto sama kita |
Balik sampai ke villa
sekitar jam 9, semua berjalan dengan gontai dan lemas, Nana pun berkata ‘gilak ya, naik gunung lebih parah daripada
ewes ewes lima ronde’ *gubrak*
Kita semua memutuskan untuk
menikmati pemandian kolam air panas yang ada di resort Toya Devasya. Wuh! Jadi berasa fresh dan urat-urat yang tegang kendor kembali. Love this place so much! Setelah mandi
kita disediakan brunch di restorannya
yang langsung menghadap ke danau. Awesome!
Brunch selesai, kita berkeliling melihat villa-villa dan meninggalkan resort sekalian melihat aktivitas
lain yaitu cycling dan canoeing. Drama dimulai lagi saat kita
menuju Desa Abang untuk melihat tempat aktivitas canoeing. Jalan menuju Desa Abang sangat sempit, dan satu jalur. Tepat
di sebuah tanjakan, ada mobil dari atas dan di tengah tanjakan itu kita
berhenti tidak bisa naik lagi, malah mau mundur, kita yang berjumlah sepuluh orang di dalam
mobil langsung panik dan berusaha keluar dari mobil. Sampai pintu mobil lepas
dan rusak. Kita parno, karena jalan sempit itu langsung bersebelahan
dengan jurang dan danau, gimana kalau mobil mundur and then kita nyemplung ke danau? Gila aja, adventure sih adventure…..
Perfect view on Lake Batur |
Eco Tourism on Lake Batur |
Setelah semua selesai,
melihat keseluruhan aktivitas yang dimiliki oleh The Ayu Villa, kita semua memutuskan
untuk langsung balik. Teler dan tidur di dalam mobil selama hampir 3 jam
perjalanan pulang ke Denpasar. But my
soul was still on the top of Mount Batur! Greatest experience ever! Jadi pengen mendaki gunung lagi nih! What’s next? J
Follow me:
hahaha i'm gonna write about it too....
ReplyDeleteYes sista! Let me know after you've done it! :)
Delete