View from the room |
Salahkan
petugas imigrasi yang sempat membuat saya merasa sebagai pelaku kriminal, merasa
terintimidasi dan minder. Untunglah kali ini memilih untuk traveling lebih high end.
Dikit. Kalau saja saya memilih berwisata ala backpacking seperti biasa, mungkin rasa bad mood akan terus menempel sepanjang perjalanan setelah tragedi locked up abroad selama kurang
lebih 45 menit itu.
Oh
iya, eniwei, saya naik taksinya yang agak lebih murah sih, sempet ditanya waktu keluar
dari arrival hall:
‘Yes Sir, do you want a
taxi? Is this one ok?’ Tanya
seoranga uncle sambil menunjuk sebuah
Limousine.
Saya
masih bengong.
‘Not ok? Where do you
want to go Sir? Lanjutnya
‘Fullerton Hotel’
‘Yes this one is good
Sir!’ dia semakin
semangat
‘Can I get just the
regular one?’ hihi
gaya sih stay di Fullerton, tapi gak
sanggup bayar Limo *keplak diri sendiri*
‘Ah ok Sir, this one is
normal, no problem’
kata si uncle sambil menyetop taksi butut
Dengan
tampang lempeng saya naik ke taksi, ‘Alright,
are you sure this one is normal?’ saya bertanya sekali lagi untuk meyakinkan.
Mungkin
si uncle merasa bĂȘte kali ya, jadi
dia cuma manggut aja sembari mengacungkan jempol. Haha, yaudah yang penting nyampe ke hotel, gak mesti
yang mahal-mahal amat kan. Eaaa.
Sampai
di The Fullerton Hotel, hanya saya yang turun dari sebuah taksi butut diantara Limousine
dan mobil mewah lainnya. Di area depan hotel berjejer mobil mewah yang diparkir
dengan rapih. Saya pun turun dari taksi dengan bantuan petugas door man yang siap membantu dan menyapa dengan
ramah. Ketika momen ini terjadi, ingin rasanya lagu Partition dari Beyonce
diputar:
‘Driver roll up the
partition please….I don’t need you seeing yonce on her knees…’
Memasuki
area lobby saya disambut dengan desain pintu klasik memutar, lalu atrium lobby
dengan sentuhan neoclassical art deco,
beberapa pilar megah berdiri kokoh diantara dua anakan tangga.
Proses
check-in saya dibantu oleh seorang
staff cantik yang bernama Gladys. Manis dan charming
banget lho si mbaknya. Setelah proses check-in
dan kenalan sama si mbak receptionist kelar, saya diantarkan ke kamar (sayang
bukan mbak Gladys yang nganterin). Uh ini dapet kamar dengan river view. Sedap! Eh iya infinity pool juga keliatan dari kamar. What
a great combination! Adem deh
pemandangannya. Kamarnya spotless. Amenities lengkap. Desain klasik. Perfection!
Karena
alasan historical story dari bangunan
inilah sebenarnya membangkitkan niat saya untuk menginap di Fullerton. Ya
mengingat dulu hotel ini lebih dikenal dengan sebutan The Fullerton Building
dan juga sebagai General Post Office Building yang dibangun pada tahun 1928 dan
akhirnya resmi dijadikan hotel di tahun 2001. Jadi sangat bersejarah banget ini
hotel. Hampir mirip saya dikit, eksotis dan klasik. Bukan tua.
Saya
lebih suka bermalas-malasan di area hotel ketimbang jalan keluar. Ya habis,
suasananya keren gini! Apalagi kalau udah leyeh-leyeh di infinity pool. Betah sampe ketiduran habis berenang. Pemandangan
bagus, skyline, Singapore River, orang-orang berenang juga bisa jadi pemandangan
bagus toh?
Fullerton's infinity pool, plus my hairy legs :)) |
Night view of the Fullerton's pool |
Berlokasi
di Raffles Place yang dikenal sebagai area financial
hub, jadi kebanyakan yang menginap di sini adalah para business traveller. Tapi ada juga kok yang sama family, dan ada
yang gak jelas seperti saya ini. Maksudnya gak tahu mau bisnis apa liburan.
Eaaa.
Kalau
lagi males keluar ya nikmati segala fasilitas yang ada di hotel. Untuk dining option ada beberapa sih. Misal
kalau kamu lagi pengen modern Chinese fare,
bisa dinikmati di Jade Restaurant. International
all day dining, yang buka mulai dari breakfast
sampai dinner, nih di Town
Restaurant. Buffet breakfast di sini, saya lebih memilih duduk dekat sungai. Suasananya berasa lagi di Eropa, kayak di
pilem-pilem gitu. Romantis. Tapi kadang ada burung gagak yang tiba-tiba datang,
menyambar beberapa sisa makanan. Haha, hati-hati aja jangan sampe ikut disambar.
Nah, kalo misalnya lagi pengen yang ringa-ringan sambil ngopi or ngeteh bisa di
Courtyard Lobby Lounge. Kebanyakan para business
traveller sih nongkrong di sini, jadi mereka kayak sambil meeting gitu. Rapih. Pake jas. Sedangkan
saya pake sandal jepit celana gemes. Gapapalah ya, cuek aja, toh juga bayar.
The Post Bar juga bagus tempatnya untuk nyemil sambil minum-minum centil. Kalau
mau yang fine dining dan lebih
formal, nah kali aja sama pasangannya gitu ya, The Lighthouse Restaurant mesti
dicoba! View nya keren banget sambil
menikmati dinner! Stunning and overlooking Marina Bay.
Kalau saya sih, tiap malam sambil menikmati cocktail,
nongkrongnya di rooftop bar. Jadi
naik ngikutin arah ke The Lighthouse Restaurant, tapi jangan masuk ke
restorannya, tanyakan arah ke rooftop bar.
Nanti ada pintu kecil kayak mau keluar, tapi jangan kaget, jangan disangka si
petugas mau jorokin anda dari atas gedung. Keluar pintu naik tangga dikit udah
deh nemu rooftop bar. Gak terlalu
luas dan hanya ada beberapa meja kecil serta observatory deck buat ngeliat pemandangan 180 derajat sepanjang
Marina Bay dan 180 derajat Singapore River/Boat Quay! Keren banget! Waktu yang pas buat nongkrong di rooftop bar ini adalah menjelang sore biar bisa liat sunset. Dijamin betah! Berikut pemandangan dari rooftop bar:
Sunset on the rooftop bar of The Fullerton Hotel |
Stunning Sunset at Fullerton Hotel rooftop bar |
Singapore's Twilight |
Marina Bay from the rooftop bar of Fullerton Hotel |
Esplanade and the highway view from Fullerton Hotel rooftop bar |
Perfect view of Marina Bay |
Singapore in the night |
Marina Bay in the night |
Great cocktail on the rooftop bar of The Fullerton Hotel |
Jadi,
buat yang suka traveling ala koper
patut mencoba buat stay di The
Fullerton Hotel. Bayar lebih mahal untuk beberapa hari, tapi well deserved, quality is the priority.
Nanti kalau saya liburan lebih lama, nah bakal balik
ke dunia backpacking lagi. Stay longer as a local, eat as a local and explore
as a local. Balance! (Halah gaya lo!
Balik backpacking bilang aja duit udah habis kan ye)
No comments:
Post a Comment
would be glad to receive any comment