Wednesday, May 7, 2014

The Fullerton Hotel

View from the room

[Cerita sebelumnya Locked Up Abroad]

Salahkan petugas imigrasi yang sempat membuat saya merasa sebagai pelaku kriminal, merasa terintimidasi dan minder. Untunglah kali ini memilih untuk traveling lebih high end. Dikit. Kalau saja saya memilih berwisata ala backpacking seperti biasa, mungkin rasa bad mood akan terus menempel sepanjang perjalanan setelah tragedi locked up abroad selama kurang lebih 45 menit itu. 

Setelah naik taksi dan segera menuju Fullerton Hotel, saya mulai bisa menghela nafas lega. Perkara paspor sudah lupakan saja, seperti yang saya ceritakan sebelumnya, entah kenapa, hanya Tuhan dan petugas imigrasi itu yang tahu.

Oh iya, eniwei, saya naik taksinya yang agak lebih murah sih, sempet ditanya waktu keluar dari arrival hall:

‘Yes Sir, do you want a taxi? Is this one ok?’ Tanya seoranga uncle sambil menunjuk sebuah Limousine.

Saya masih bengong.


‘Not ok? Where do you want to go Sir? Lanjutnya

‘Fullerton Hotel’

‘Yes this one is good Sir!’ dia semakin semangat

‘Can I get just the regular one?’ hihi gaya sih stay di Fullerton, tapi gak sanggup bayar Limo *keplak diri sendiri*

‘Ah ok Sir, this one is normal, no problem’ kata si uncle sambil menyetop taksi butut

Dengan tampang lempeng saya naik ke taksi, ‘Alright, are you sure this one is normal?’ saya bertanya sekali lagi untuk meyakinkan.

Mungkin si uncle merasa bĂȘte kali ya, jadi dia cuma manggut aja sembari mengacungkan jempol. Haha, yaudah yang penting nyampe ke hotel, gak mesti yang mahal-mahal amat kan. Eaaa.

Sampai di The Fullerton Hotel, hanya saya yang turun dari sebuah taksi butut diantara Limousine dan mobil mewah lainnya. Di area depan hotel berjejer mobil mewah yang diparkir dengan rapih. Saya pun turun dari taksi dengan bantuan petugas door man yang siap membantu dan menyapa dengan ramah. Ketika momen ini terjadi, ingin rasanya lagu Partition dari Beyonce diputar:

‘Driver roll up the partition please….I don’t need you seeing yonce on her knees…’

Memasuki area lobby saya disambut dengan desain pintu klasik memutar, lalu atrium lobby dengan sentuhan neoclassical art deco, beberapa pilar megah berdiri kokoh diantara dua anakan tangga.

Proses check-in saya dibantu oleh seorang staff cantik yang bernama Gladys. Manis dan charming banget lho si mbaknya. Setelah proses check-in dan kenalan sama si mbak receptionist kelar, saya diantarkan ke kamar (sayang bukan mbak Gladys yang nganterin). Uh ini dapet kamar dengan river view. Sedap! Eh iya infinity pool juga keliatan dari kamar. What a great combination! Adem deh pemandangannya. Kamarnya spotless. Amenities lengkap. Desain klasik. Perfection!

Karena alasan historical story dari bangunan inilah sebenarnya membangkitkan niat saya untuk menginap di Fullerton. Ya mengingat dulu hotel ini lebih dikenal dengan sebutan The Fullerton Building dan juga sebagai General Post Office Building yang dibangun pada tahun 1928 dan akhirnya resmi dijadikan hotel di tahun 2001. Jadi sangat bersejarah banget ini hotel. Hampir mirip saya dikit, eksotis dan klasik. Bukan tua.

Saya lebih suka bermalas-malasan di area hotel ketimbang jalan keluar. Ya habis, suasananya keren gini! Apalagi kalau udah leyeh-leyeh di infinity pool. Betah sampe ketiduran habis berenang. Pemandangan bagus, skyline, Singapore River, orang-orang berenang juga bisa jadi pemandangan bagus toh?

Fullerton's infinity pool, plus my hairy legs :))

Night view of the Fullerton's pool

Berlokasi di Raffles Place yang dikenal sebagai area financial hub, jadi kebanyakan yang menginap di sini adalah para business traveller. Tapi ada juga kok yang sama family, dan ada yang gak jelas seperti saya ini. Maksudnya gak tahu mau bisnis apa liburan. Eaaa.

Kalau lagi males keluar ya nikmati segala fasilitas yang ada di hotel. Untuk dining option ada beberapa sih. Misal kalau kamu lagi pengen modern Chinese fare, bisa dinikmati di Jade Restaurant. International all day dining, yang buka mulai dari breakfast sampai dinner, nih di Town Restaurant. Buffet breakfast di sini, saya lebih memilih duduk dekat sungai. Suasananya berasa lagi di Eropa, kayak di pilem-pilem gitu. Romantis. Tapi kadang ada burung gagak yang tiba-tiba datang, menyambar beberapa sisa makanan. Haha, hati-hati aja jangan sampe ikut disambar. Nah, kalo misalnya lagi pengen yang ringa-ringan sambil ngopi or ngeteh bisa di Courtyard Lobby Lounge. Kebanyakan para business traveller sih nongkrong di sini, jadi mereka kayak sambil meeting gitu. Rapih. Pake jas. Sedangkan saya pake sandal jepit celana gemes. Gapapalah ya, cuek aja, toh juga bayar. The Post Bar juga bagus tempatnya untuk nyemil sambil minum-minum centil. Kalau mau yang fine dining dan lebih formal, nah kali aja sama pasangannya gitu ya, The Lighthouse Restaurant mesti dicoba! View nya keren banget sambil menikmati dinner! Stunning and overlooking Marina Bay. Kalau saya sih, tiap malam sambil menikmati cocktail, nongkrongnya di rooftop bar. Jadi naik ngikutin arah ke The Lighthouse Restaurant, tapi jangan masuk ke restorannya, tanyakan arah ke rooftop bar. Nanti ada pintu kecil kayak mau keluar, tapi jangan kaget, jangan disangka si petugas mau jorokin anda dari atas gedung. Keluar pintu naik tangga dikit udah deh nemu rooftop bar. Gak terlalu luas dan hanya ada beberapa meja kecil serta observatory deck buat ngeliat pemandangan 180 derajat sepanjang Marina Bay dan 180 derajat Singapore River/Boat Quay! Keren banget! Waktu yang pas buat nongkrong di rooftop bar ini adalah menjelang sore biar bisa liat sunset. Dijamin betah! Berikut pemandangan dari rooftop bar:

Sunset on the rooftop bar of The Fullerton Hotel

Stunning Sunset at Fullerton Hotel rooftop bar

Singapore's Twilight

Marina Bay from the rooftop bar of Fullerton Hotel

Esplanade and the highway view from Fullerton Hotel rooftop bar

Perfect view of Marina Bay

Singapore in the night

Marina Bay in the night

Great cocktail on the rooftop bar of The Fullerton Hotel

Jadi, buat yang suka traveling ala koper patut mencoba buat stay di The Fullerton Hotel. Bayar lebih mahal untuk beberapa hari, tapi well deserved, quality is the priority. Nanti kalau saya liburan lebih lama, nah bakal balik ke dunia backpacking lagi. Stay longer as a local, eat as a local and explore as a local. Balance! (Halah gaya lo! Balik backpacking bilang aja duit udah habis kan ye)

No comments:

Post a Comment

would be glad to receive any comment