Thursday, October 6, 2011

Liburan Part 7: Berwisata di Bangkok


Menikmati suasana pasar terapung

Pengen nyebur tapi takutnya gak da yang nangkep

Syuting Sex and The City di Khaosan Road, Bangkok


Selasa, 27 September 2011,

Bangun dengan mata yang masih sepet, bersiap untuk bernomaden ke Bangkok. Bus yang sudah saya pesan bakal datang ngejemput sekitar pukul delapan pagi. Untunglah kemarin sudah packing beberapa barang-barang dan sekarang tinggal mandi kemudian sarapan. Berakhir sudah liburan saya di Kamboja pagi ini. Sedih juga sih rasanya, apalagi setelah kemarin mengunjungi Angkor Wat yang super megah. Rasanya pengen lagi. Tapi setelah berpikir sejenak, merenungi kisah kasih ketika baru pertama kali menginjakkan kaki di Siem Reap, mata saya langsung melek dan sadar, NO! Kebanjiran, kepanasan di mobil mini, di towel-towel anak-anak gelandangan, disangka ojek karena bonceng temen bule, sampe terakhir mau muntah gara-gara nyoba ngemil/makanan yang aneh-aneh. Tapi gak apalah, experience! Saya harus ngebiasain hidup kayak gini. Gak mungkin terus-terusan dilayani sebelas orang pembantu di rumah. Makan disiapin, mandi dimandiin, habis boker dicebokin. Gak! Di Kamboja inilah saya mengerti akan arti hidup sebenarnya.


Sekitar jam tujuh pagi, saya bangun dan bersiap untuk mandi. Di luar masih hujan dan air pun mati. The nasib! Katanya lagi dibenerin karena bocor. Nah jadilah saya sarapan dulu di restoran, dengan rasa cemas, ternyata selesai sarapan air belum juga muncul. Terpaksa, saya pake air mineral botol seadanya. Mungkin Tuhan berkehendak, masih banyak di negara kita yang kekurangan air, maka saya pun harus merasakan hal tersebut. Iya, sesuatu…

Bus datang lima menit lebih awal, tumben, biasanya ngaret. Dan ternyata, untunglah busnya langsung yang datang, gak seperti pengalaman waktu baru sampai di sini, harus pake mobil mini, bauk dan sumpek, muter-muter dulu sambil mantengin lagu romantisnya Westlife, pegangan tangan dengan pria Khmer yang  lusuh (seandainya dia blonde, mungkin sudah terjadi) habis itu baru ke terminal bus. Wah senangnya lagi, ada banyak backpacker di dalam bus, karena jalur untuk menuju Bangkok lewat overlanding lumayan hemat. Cuma bayar $9/orang. Dari Siem Reap kita menuju ke Poipet, perbatasan antara Kamboja dan Thailand. Kemudain dari Poipet, kita turun untuk mengurus imigrasi juga visa, serta penggantian bus. Saya rada jengkel sama sopir bus. Sangat arogan, gak boleh duduk di depanlah, penuhin yang di belakang dulu lah. Juga gak mau bantuin masukin luggage ke bagasi. Duh ngegemesin pokoknya. Sampe akhirnya ada seorang pria bule pun sempat bertengkar bilang “fuck you bitch!” dan si sopir juga gak mau kalah “fuck you too!” mereka saling melotot. Masing-masing sudah mulai mengepalkan tangan. Semua tercengang. Intens. Si bule mulai mengayunkan tangan, memegang pipi si sopir. Si sopir terpana, mereka berciuman. LHO???

Setelah sampai di Poipet kita turun dengan diberikan stiker di masing-masing baju, sebagai pengingat untuk nantinya menuju ke bus yang baru untuk menuju Bangkok. Maunya sih saya pake bulu-bulu merak aja biar paling beda. Di kepala. Tapi gak mungkinlah. Suasana masih becek, hujan rintik-rintik. Setelah mengurus imigrasi, pertanda saya keluar dari wilayah Kamboja. Kemudian selanjutnya berjalan lagi menuju Kantor Imigrasi Thailand. Baru setengah jalan, ada yang menyapa “hey man, wrong way,” saya pun menoleh dengan tampang ala Mandra, kiri dan kanan. Polos. Bego tepatnya. Oh ternyata saya yang dipanggil, baru nyadar ternyata ini arah kedatangan menuju Kamboja. PLAAK! Salah jalur! Saya balik lagi dan menuju haluan yang di sebeleah kiri. Maklumlah, anak mami, saya tuh jarang banget pergi sendiri. Jadi nerpes. Bukan herpes.

Untuk berkunjung ke Thailand gak usah bayar Visa. Sama seperti berkunjung ke Singapura. Gak kayak waktu ke Kamboja, harus bayar $20. Namun untuk maksimal kunjungan, kalau lewat overlanding hanya 14 hari saja. Sedangkan kalau mau berkunjung lebih lama, silahkan booking your flight. Karena kalau lewat bandara kita bisa stay 30 hari. Buat saya gak usah lama-lama lah, 14 hari cukup.

Setelah semua pengurusan dokumen selesai akhirnya saya berkumpul lagi dengan beberapa penumpang lain yang tadinya satu bus. Yay! Saya merasa bahagia, parno banget tadi, mikir gimana kalo saya nanti ditinggal? Siapa yang mau mengurus saya yang manja ini? Siapa yang nete-in? Siapa yang mau gantiin popok saya? Akhirnya kita diarahkan keluar menuju tumpangan selanjutnya. kaget donk. Saya pikir bus. Ternyata mini bus. Muat untuk 14 orang. Tapi bagus dan nyaman. Saya yang keliatan kucel. Kaliatan kayak habis ngebajak sawah. Celana dilipet, banyak cipratan lumpur. Karena jalanan becek, saya pake sandal jepit, dan lumpur keciprat sana-sini. mood udah down banget. Apalagi setelah dibilang perjalanan ke Bangkok memakan waktu sekitar 5-6 jam. Jeder! Ayan saya pun kumat.

Saya berusaha tidur di sepanjang jalan. Sambil kadang mengobrol dengan seorang backpacker dari Jepang. Ini orang rada ayan ato gimana, entahlah. Pas tidur beberapa kali, dia kejang-kejang, terus ngorok. Ternyata orang Jepang juga manusia ya! Gak berasa sambil ngobrol bentar dan tiduran lagi, sampai akhirnya saya lihat jam tangan menunjukkan hampir pukul lima sore. Langit masih gelap gurita, eh gulita! Masih hujan dan sepanjang jalan sudah terlihat hectic, hustle bustle and traffic. Ternyata kita sudah memasuki area perkotaan. kemacetan di sini didominasi oleh mobil. Widih, tajir-tajir ya orang Thailand. Ini line macet panjang banget, mobil semua. Motor? Bisa dihitung dengan jari sambil ngupil.

Perjalanan yang saya mulai pukul 8 pagi dari Siem Reap, sekarang sudah jam 6 petang. Bangkok. WOW! What a huge city! Gila ya, ini kota guede banget. Padat penduduk. Skyscrapers menjulang di mana-mana. Seperti gak ada celah. Beda kalau di Singapura, beberapa tempat dikhususkan untuk taman-taman kecil. Tapi di sini gak ada, gue lihat. Sopir menurunkan kita di sebuah turis area. Saya bertanya sama orang Jepang tadi, dan dia bilang bahwa di sinilah surganya para backpakcer, Khaosan Road. Sebuah jalan kecil yang dipenuhi para pedagang, hotel, guesthouse, restaurant, cafĂ©, serta pedagang makanan kaki lima pun nyempil di tengah-tengah jalan seperti upil yang gak bisa kesentuh jari. Bule pun berseliweran di sini. Nice place! Saya pun menatap orang Jepang tadi, dia menatap balik, mengkinkah Tuhan mengutus orang ini sebagai peri penyelamat, nunjukin tempat buat menginap yang pas buat saya. Matanya pun mulai berbinar, seolah mau berkata sesuatu dan mau memeluk saya. Saya mau berkata, tapi dihentikan olehnya. Dia MUNTAH! Dia mabok darat. Maksud saya mabok saking kelamaan di mobil tadi. Begini nih, pasti di Jepang gak ada antimo!

Harga penginapan di sini rata-rata mulai 250 Baht sampai 500 Baht. $1 sama dengan 30 Baht. Nah itung sendiri deh tuh, matematika saya jelek soale. Hotel bagus dan lebih mahal ada juga sih, tapi kan saya pengen ngerasain rasanya sensasi ber-backpacking. Masa lepas dari rumah saya yang seperti istana Buckingham, eh malah tinggal di hotel mahal lagi, kan gak berasa bedanya…reeeeeuuz!

Selama tiga hari di Bangkok. Bingung juga mau ngapain aja. Di sini tempatnya bagus buat shopping. Tapi kan saya udah bosen shopping! (padahal bokek). Yang mau ke sini tuh pasti orang-orang yang pengen ngelihat bangunan gede-gede, belanja, night life (dugem), ato liat cabaret-nya para lady boy alias banci-banci cantik yang hampir ngalahin pere asli. Saya mah udah bosen. Maksud saya bosen dengan hingar bingar kehidupan kota, bukan kehidupan bancinya. Maksud saya, saya belum pernah liat juga sih. Cuma saya pengen sesuatu yang beda, bosen banget nge-mall. Maka di hari kedua saya putuskan untuk mengunjungi floating market. Sekitar 1,5 jam di luar kota Bangkok. Jauh dari hiruk pikuk pusat kota. Saya suka!

Harga tour untuk mencapai daerah wisata ini adalah 300 Baht. Sampai di tempat tujuan, kita dipersilakan menaiki boat menuju pusat tawar menawar. Setelah sampai, kita bayar lagi 150 Baht untuk naik paddle boat mengarungi aliran sungai yang tenang. Di sini juga ada yang menawarkan jasa elephant riding, dengan harga 600 Baht. Tempat ini sangat ramai oleh wisatawan. Bisa macet juga lho, saling nabrak satu perahu dengan perahu yang lain. Seru! Pas ditabrak pura-pura aja jatoh, terus kelelep, siapa tahu ada bule yang nyelametin, dan itu jodoh anda! Tapi kalau gak ada yang mau nyelametin ya langsung aja pura-pura snorkeling, maka jangan lupa persiapan snorkle-nya juga ya temans..
                                                                                                 
Bersambung ke Part 8



Follow My:

2 comments:

  1. penasaran.. gembel mana aja yang udah kamu towel towel dengan rayuan maut ala tata dado-mu hingga mau motoin kamu huh?? :D

    ReplyDelete
  2. sialan! mereka uang nowel2 aku tauuuk....! kok dibalik putarkan faktanya...?

    ReplyDelete

would be glad to receive any comment