Monday, November 14, 2011

Liburan Part 10: Dari Thailand Bermigrasi ke Penang Island


Patung khas di Thailand dengan dominasi warna emas

Menunggu itu membosankan, tapi tetep eksis

Ini nih, tarik tambang pake Naga

Saya sebagai suporter lomba tarik tambang


Setelah merasa cukup berlibur di Thailand (sebenernya nyesel juga sih gak sempet ke Phuket) akhirnya keputusan bulat pun sudah saya ambil untuk segera minggat. Hari ke empat di Pattaya, saya bersiap untuk menuju Pulau Pinang, Malaysia. Tiket pesawat sudah di tangan. Namun masalahnya adalah saya mesti naik bus lagi menuju Bangkok, ke Suvarnabhumi Airport.


            Sekitar pukul Sembilan pagi, setelah mengisi perut semuat-muatnya dengan menikmati buffet breakfast seharga 150 Baht, saya pun balik ke guesthouse dan bersiap naik mobil van (lagi-lagi) menuju terminal bus keberangkatan Suvarnabhumi Airport. Sebenarnya di Pattaya sendiri ada sih Airport, tapi tidak ada keberangkatan langsung ke Pulau Pinang, terutama dengan Air Asia. Jadi hanya ada di Bangkok. Dari pertama saya memang sudah salah bikin itinerary. Kalau saja habis dari Bangkok langsung ke Phuket, maka dari sana pasti ada flight langsung ke Pulau Pinang, jadi gak usah nyangkut dan luntang-lantung di Pattaya. Hmmmm…tapi gak apalah. Nasi sudah menjadi basi…#ngok

            Bus dari Pattaya menuju Bangkok pun siap berangkat. Sangat nyaman, beda sekali dengan bus yang saya naikin waktu di Kamboja. Di sini saya merasa lebih dianggap manusia. Sesuatu banget. Di depan saya ada seorang pria bule duduk didampingi wanita lokal, sambil ber-lipstick ria, teteup! Saya duduk di row seat sebelah kiri. Di depan sebelah kanan, tepat di belakang pak sopir, juga duduk pria bule ditemani wanita lokal, sambil dengerin radio dari hape, kenceng. Kedua wanita itu kadang saling memandang satu sama lain. Mungkin mereka adalah pesaing kuat di Pattaya, sampai akhirnya berada satu bus lagi dengan mangsa yang mereka dapatkan. Saya mengkerutkan dahi dan alis sejadi-jadinya, berpikir keras, kenapa bule-bule ini suka wanita seperti ini, cantik enggak, eksotik juga nanggung, tapi unik sih emang tampangnya. Hah, whateverlah! Saya capek berspekulasi terus, berasa kayak Charles Darwin yang menganalisa evolusi dari kera ke manusia.

            Perjalanan menuju Suvarnabhunmi ternyata cuma memakan waktu satu setengah jam. Sepertinya saya kerajinan. Pesawat Air Asia saya take off pukul 14.45, nah saya dah nyampe jam 11 aja gitu. Jadi lah nunggu lama di Airport ini. Lumayan gede dan luas. Tapi belum bisa menyaingi Changi. Jauhlah. Dari segi fasilitas masih biasa, servis juga, terus saya berjalan menuju ke gate jauh banget, dapetnya paling ujung lagi. Sial! Tapi dari segi interior, lumayan memanjakan mata. Saya lihat patung yang didominasi warna keemasan. Patung-patung ini kalau di Indonesia mungkin mereka kayak lagi tarik tambang, tapi pake naga.

            Boring to the death! Menunggu itu memang kerjaan yang paling saya benci. Mending kalo duit banyak gitu ya, bisa sambil shopping (emang dasar kere! :D). Internet (Wi-Fi) pun gak bisa pake gratisan. Sekalinya ada yang gratisan, di gate, cuma dua, dan itu pun rusak satu. The nasib! Beda banget sama di Changi yang banyak banget free internetnya. Setelah akhirnya jam keberangkatan tiba (itu pun pake acara delay 25 menit) akhirnya saya naik pesawat. Muka saya udah dongkol. Untung aja perut tadi paginya udah saya sumpel, jadi gak pake ikutan komplin.

            Setelah pesawat take off, perasaan saya sudah mulai bisa lebih tenang, headset siap saya pasang, seperti biasa si babi bersiap tidur. Lumayan perjalanan selama hampir tiga jam. Para pramugari pun sedang asyiknya menjajakan makanan. Setelah semua selesai mereka duduk tepat di depan saya (saya duduk paling depan). Baru saja beberapa menit mereka duduk dan saya siap memejamkan mata, tiba-tiba Pilot berkata “Dear passengers, we will be landing back in Suvarnabhumi Airport shortly. Because there are technical problems. Sorry for the inconvenient.” Mata saya langsung melotot. Para penumpang semua pada ribut dan pramugari langsung ambil tindakan untuk menenangkan.  Saya udah merasa mendengar kata “mayday mayday…!” dan pesawat menukik tajam, keluar asap. Saya cuma bisa berdoa, berpikir kalo hal ini benar terjadi, keluarga dan teman saya pasti merasa kehilangan banget. Di mana lagi ada orang lebay seperti saya yang selalu menghibur mereka. Harta benda kesayangan saya pun langsung muncul di benak. Motor yang saya tinggal di kos temen, akan saya kasih dia, walaupun dia sama sekali ngurus satu motor saja gak becus, tapi hanya dia temen yang paling bisa saya handalkan. Setidaknya si Vario tidak bakal mengalamai penganiayaan seperti yang dilakukan adik saya terhadap motornya. Terus kaset DVD saya yang begitu banyak, akan saya suruh emak bawa ke kampung dan buka stand kecil. Lumayan kalau dijual lagi untuk menambah penghasilan keluarga saya di kampung. Terus kasur, tipi, dvd, lemari dan semua yang ada di kos, akan saya wariskan semuanya ke adik, dan semoga dia bisa menjaga peninggalan kakaknya yang notabene kotor serta berdebu.

            “Dear Passangers welcome back to Suvarnabhumi Airport, we are landed safely, sorry for the inconvenient. Please all passengers back to the gate and waiting for our another aircraft,” akhirnya suara itu menyadarkan saya. Semua rencana surat kuasa harta berharga saya, gak jadi saya lanjutkan. Dengan kesal semua penumpang termasuk saya, keluar dari pesawat dan balik lagi ke gate yang sama sebelum kita naik pesawat tadi. Setelah menunggu sekitar dua puluh menit kita naik pesawat lagi. Namun semua penumpang terlihat masih pucat dan was-was, hingga akhirnya petugas menyatakan dan meyakinkan bahwa ini pesawatnya memang beda dengan yang tadi. Sebelum bersiap take off, perut karung ini mulai menampakkan gejala butuh perhatian. Akhirnya saya cuma beli satu roti untuk mengganjalnya. Semoga cukup sampai di Pulau Pinang nanti.

Bersambung ke Part 11



Follow My:

No comments:

Post a Comment

would be glad to receive any comment